TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Statistik Filipina pada hari ini mengumumkan perekonomian negara tersebut masuk ke dalam jurang resesi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Filipina tercatat terkontraksi hingga minus 16,5 persen sepanjang triwulan kedua tahun 2020 (yoy).
Artinya pertumbuhan ekonomi tersebut mengalami penurunan terbesar dalam data PDB triwulanan pemerintah sejak tahun 1981 silam. Adapun pada kuartal pertama tahun ini pertumbuhan ekonomi Filipina mencapai minus 0,7 persen.
Kebijakan karantina wilayah yang dilakukan pemerintah Filipina merupakan salah satu lockdown atau penguncian terpanjang dan terketat di dunia untuk mengatasi penyebaran Covid-19. Hal tersebut yang disebut-sebut sebagai pemicu perlambatan perekonomian negara di Asia Tenggara itu.
Produk domestik bruto atau PDB turun lebih dari perkiraan kontraksi 9 persen dalam jajak pendapat Reuters dan lebih buruk dari penurunan yang direvisi sebesar 0,7 persen pada kuartal pertama. PDB yang disesuaikan secara musiman turun 15,2 persen pada kuartal kedua dari tiga bulan pertama tahun ini.
Ekonom senior ING Nicholas Antonio Mapa menilai pukulan ekonomi dari pandemi dapat memburuk seiring pemberlakuan kebijakan pemerintah terbaru. Pemerintah rencananya bakal memberlakukan kembali kontrol karantina yang lebih ketat di ibu kota Manila dan provinsi terdekat selama dua minggu mulai Selasa di tengah bangkitnya kembali kasus virus Corona.
"Ekonomi Filipina jatuh ke dalam resesi dengan kehancuran Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua yang menunjukkan dampak destruktif dari penguncian pada ekonomi yang bergantung pada konsumsi," kata Mapa, Kamis, 6 Agustus 2020.